Buat mantan Asisten Direksi Pengembangan Eksekutif – Direktorat SDM di perusahaan yang sama itu, Budaya kerja merupakan human habit behavior pegawai dalam bekerja. “Sekarang banyak perusahaan-perusahaan yang mencanangkan budaya kerja top down. Tapi pegawainya belum mendemonstrasikan behaviour yang diinginkan oleh pimpinannya,” terangnya lagi.
Sejak Budaya Kerja pertama kali diperkenalkan pada tahun 2002 lalu, PT Telkom telah mengalami perubahan nilai-nilai strategis. “Semuanya tergantung kondisi perusahaan saat itu,” jelas Faisal. Faisal mencontohkan, ketika Pak Cacuk (Sudaryanto) menjadi Direktur Utama Telkom, pola Budaya Kerja yang diterapkan adalah 3-2-1 padahal sebelum Pak Cacuk, Telkom telah menerapkan Budaya ARTI sebagai Budaya Kerja yang diterapkan. Pola itu diterapkan ketika PN Telkom saat itu berubah dari Perusahaan Negara menjadi Perum. Kemudian perubahan terjadi lagi menyusul berubahnya status Perum menjadi Perusahaan Terbatas (PT).
Lalu nilai-nilai strategis Budaya Kerja yang diterapkan itu berubah lagi mengiringi berubahnya status perusahaan Telkom dari hanya sekedar PT menjadi Tbk. “Hingga kini PT Telkom Tbk menggunakan 1-3-5 sebagai Budaya Kerja yang harus disepakati semua karyawannya,” terang Sarjana Matematika dari Fakultas Matematika & Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara, Medan itu.
Pola 1-3-5 itu sendiri berarti; 1 (satu) asumsi dasar, 3 (tiga) nilai inti yang mencakup Customer Value, Excellent Service, Competent People. Sedangkan 5 (lima) merupakan langkah perilaku untuk memenangkan persaingan, yang terdiri atas Stretch The Goals, Simplify, Involve Everyone, Quality is My Job, Reward the Winners.
The Telkom Way 135 merupakan hasil penggalian dari perjalanan PT Telkom Tbk dalam mengarungi lingkungan yang terus berubah, dikristalisasi serta dirumuskan oleh berbagai inspirasi dari perusahaan lain dan berbagai tantangan dari luar. PT Telkom berharap dengan tersosialisasinya The Telkom Way 135, maka akan tercipta pengendalian kultural yang efektif terhadap cara rasa, cara memandang, cara berpikir, dan cara berperilaku.
Perubahan-perubahan itu menurut Faisal memang memberikan hasil yang signifikan “Dampaknya terhadap produktivitas dan kinerja, ya bagus,” sambung pria yang meraih gelar Magister Manajemen nya di Sekolah Tinggi Manajemen Bandung. “Banyak impactnya terhadap perusahaan. Tentunya kinerja kita seperti diketahui trendnya tetap terus meningkat. Kemudian produktivitas pegawai juga meningkat dan semangat kerja mereka meningkat dengan adanya budaya itu,” ujarnya.
Meski begitu tidak mudah menerapkan nilai-nilai strategis itu kepada sekitar 28.000 karyawan yang ada. Selain butuh waktu. menerapkan budaya kerja itu menurut Faisal tidak bisa langsung. “Kalau tidak begitu, yang muncul biasanya penolakan,” lanjutnya. Untuk mengatasi penolakan tersebut, Faisal mengaku punya tahapan sosialisasi sendiri. “Kita punya tahapan, mulai dari awareness, understand, hingga tahapan sosialisasi. Nggak bisa langsung dikenalkan. Pasti banyak yang resisten. Kalau sudah resisten memang sudah susah. Jadi kita rangkul melalui tahapan-tahapan itu,”ucapnya.
Malahan menurut Fahmi, di tempatnya bekerja sekarang digelar pertandingkan itu antar divisi untuk mengetahui divisi mana yang sudah mendemonstrasikan Budaya Kerja tersebut. Walaupun kedengarannya aneh, namun dengan pertandingan itu, dapat diketahui siapa yang lebih dulu menerapkan nilai-nilai strategis tersebut.
Reward pun diberikan kepada mereka-mereka yang masuk kategori The best people. “Malah dulu ada penghargaan divisi mana yang sudah lebih maju menerapkan budaya itu dibanding divisi lain,”ujarnya. Bentuk rewardnya saat itu berupa penghargaan yang diberikan dalam sebuah acara yang biasanya dilakukan di training center. “Semua kepala divisi diundang, pegawai juga. Di situlah ditentukan juara satu dan juara dua. Punishment nggak ada. Karena kita nggak mengenal punishment. Kalau ada yang kurang maju kita dorong supaya lebih maju,”ungkap Faisal panjang lebar.
Saat ini, program 1-3-5 PT Telkom sudah dianggap berjalan di relnya. Kemajuan banyak ditemukan di sana-sini. Poduktivitas pegawai terus meningkat, berbuntut pada meningkatnya performance perusahaan. “Dan kita juga ikut untuk memberikan penilaian performans perusahaan,” tuturnya lagi.
Termasuk juga penilaian seputar leadership, Memang, setiap aktivitas yang dilakukan di PT Telkom harus dievaluasi apakah efektif apa tidak. “Misalnya kita punya system. System ini dilaksanakan nggak? Kalau sudah dilaksanakan efektif nggak?. Kalau sudah efektif, ada nggak improvement?,” ujarnya sambil bertanya.
Semua itu dilakukan menurut Fahmi, demi untuk menggapai predikat sebagai center of excellent.
Sumber: Majalah Human Capital No. 29 | Agustus 20
http://www.portalhr.com/majalah/edisisebelumnya/strategi/1id465.html